narasipacitan.com_Penyakit kulit mudah menjangkiti dan menular di tengah masyarakat, terutama pada wilayah dengan kepadatan penghuni yang tinggi. Salah satunya, di lingkungan pondok pesantren. Penyakit kulit seperti scabies atau gudik, kerap diderita santri. Gatal-gatal oleh akibat gigitan tungau Sarcoptes scabiei ini, punya resiko penularan yang tinggi. Terlebih, ketika santri kurang sadar menjaga kebersihan, dan melakukan kontak fisik dengan santri lain yang tertular scabies.
Fenomena penyakit kulit dikalangan pondok pesantren, mengundang kepedulian dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Kulit & Kelamin (PERDOSKI) cabang Surabaya. Sabtu (31/8) santriwan/santriwati Pondok Pesantren Tremas, Arjosari, memperoleh penyuluhan dan pengobatan gratis khusus penyakit kulit. Kegiatan sosial yang diinisiasi PERDOSKI tersebut, menghadirkan puluhan dokter spesialis penyakit kulit se-Madiun Raya.
” Tujuannya agar santriwan/santriwati dapat edukasi yang benar tentang penyakit kulit,” kata ketua panitia penyelenggara, dr. Zulfa Hasanah Sp.DVE., FINSDV., FAADV.
Permasalahan seputar penyakit kulit dijelaskan langsung oleh ahlinya. Sebanyak 21 dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin ambil bagian dalam acara tersebut. Sehingga, para santri mengetahui dengan tepat cara pencegahan maupun pengobatan penyakit kulit, diantaranya, Scabies, Pioiderma, Pediculosis, Tinea dan Varisella. Setiap jenis penyakit kulit mempunyai faktor , gejala medis dan pengobatan tersendiri. Namun, yang paling utama untuk mencegah penyakit kulit, ialah senantiasa menjaga kebersihan. Kiat yang perlu dilakukan antara lain menghindari bertukar pakai barang pribadi seperti baju, handuk, maupun peralatan mandi lainya. Pada kesempatan tersebut, PERDOSKI juga membagikan sabun khusus penyakit kulit, kepada santri secara gratis.
. ” Semoga ini memberikan manfaat, sehingga santriwan/santriwati bisa belajar dengan nyaman dan terhindar dari penyakit kulit “, imbuh dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin, satu-satunya di Pacitan tersebut.
Pengasuh Pondok Pesantren Tremas, KH. Lukman Harits Dimyati berterimakasih atas giat bhakti sosial pencegahan penyakit kulit ini. Diakuinya, ada anggapan bahwa penyakit kulit yang diderita santri merupakan wujud keberkahan spiritual, yang dinilai sebagai bagian dari ikhtiar dan pengorbanan menimba ilmu di pondok pesantren. Namun disisi lain, penyakit kulit yang sering dihadapi santri begitu mengganggu kekhusyukan belajar dan mengaji. Sehingga, pihaknya perlu dukungan agar santri senantiasa menjaga kebersihan diri maupun lingkungan. Pihaknya berharap program ini menjadi pilot project dan terus berlanjut di Pacitan. Sehingga, calon santri pun tidak takut untuk ikut mondok di pesantren.
” Kolaborasi pondok pesantren dengan kedokteran ini akan menghilangkan stigma dan keraguan santri akan penularan penyakit kulit di pondok pesantren.” kata pengasuh Pondok Pesantren yang didirikan sejak tahu 1823 tersebut. (agn/adv)