narasipacitan.com_Tradisi ronthek gugah sahur dari tahun ke tahun semakin semarak saat bulan Ramadhan, menambah nuansa yang berbeda di Kabupaten Pacitan.
Ronthek gugah sahur yang kebanyakan dilakukan oleh para kawula muda ini menciptakan kekhasan tersendiri. Membangunkan orang untuk segera bersahur tidak sekedar membunyikan alat kenthongan dari bambu.
Alat musik modern pun mereka bawa untuk menyuguhkan kesenian ronthek gugah sahur yang lebih atraktif. Bahkan untuk memeriahkan mereka menyalakan flare bahkan kembang api.
Gugah sahur ini menjadi ajang tontonan menarik masyarakat Pacitan dan juga para pemudik yang baru datang ke kampung halaman.
Dava Arhadea pemudik dari Jakarta sengaja nongkrong bersama keluarga untuk melihat tradisi ronthek gugah sahur di Pacitan di sekitar Alon-alon.
“Wah keren ya gugah sahur sekarang, tampilannya semakin semarak, ini yang membuat saya kangen untuk selalu pulang,” ucapnya.
Disepanjang jalan utama Pacitan dan seputaran Alon-alon masyarakat menikmati kelompok seni gugah sahur yang datang dari berbagai wilayah.
Meski terjadi gesekan antar kelompok namun secara persuasif masih bisa dikondisikan oleh pihak keamanan gabungan TNI, POLRI, Satpol PP dan masyarakat.
Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji Aji mengapresiasi tradisi ronthek gugah sahur yang biasa dilakukan saat bulan Ramadhan ini.
Bupati bahkan turun langsung menyaksikan warga memainkan tradisi seni rontek gugah sahur tersebut. Mas Aji mengajak para seniman untuk selalu kompak menjaga warisan leluhur.
“Sejak saya kecil tradisi ronthek sudah ada, ini bentuk antusiasme masyarakat dalam menyambut bulan Ramadhan,” kata Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji.
“Pacitan tetap akur, ronthek gugah sahur tanpa tawur murih lestari budaya kang luhur,” pungkasnya.